Selasa, 18 Oktober 2011

S.A.L.A.H

Semua berawal dari peristiwa itu. Kesalahan demi kesalahan menumpuk menjadikannya sebuah bukit yang perlahan akan menjadi gunung tinggi jika langkah itu tak pernah mw berhenti. Semua begitu keliru, terlihat baik-baik saja bahkan semua terlihat normal. Tapi, tak ada yang tahu bahwa sungguh semua kenangan itu telah menjadi sebab semua pertanyaan yang menyesakkan dada dan berputar-putar di atas kepala tanpa ada ujungnya, bagai metamorfosis kehidupan yang akan selalu berputar. Menjadikannya sebagai sebuah rutinitas yang justru membawa sejuta kesalahan dan penyesalahan.

Tapi apa mau dikata, semua terjadi begitu saja tanpa ada yang mengendalikan. Mengalir seperti air yang mengikuti arus akan membawanya kemana?? Dia tak pernah sadar tentang semua kekeliruan itu. Terlalu muda. yah dia begitu muda untuk memahami semuanya dengan baik. Dan parahnya tak ada yang memberi jawaban dan penjelasan atas semua pertanyaan itu. Hingga tibalah dia pada jalan yang bercabang. Membuatnya ragu untuk melangkahkan kaki, tak ada kawan bersisian dengannya yang akan memberi saran ke mana seharusnya dia melangkah. Takut dengan sebuah keputusan besar, yah dia begitu takut dengan sebuah kesalahan sebab ini merupakan hal baru baginya.

Langkah itupun diteruskan tanpa pemikiran yang mantap, berharap akan menemui seseorang yang dapat menggandeng tangannya berjalan bersama. Tentu, keinginan itu terkabul dengan sangat cepat. Bahkan lebih dari seseorang. Dia memiliki banyak kawan yang membuatnya perlahan melupakan setiap pertanyaan itu. Dia senang, kesenangan yang justru membawanya ke langkah-langkah berikutnya yang begitu rumit. Serumit aljabar linear yang begitu memusingkan kepalanya.

Langkah itu sudah terlampaui jauh, hingga dia sadar ada kekeliruan dalam setiap langkahnya. Awalnya perasaan itu diabaikan begitu saja. Tapi justru semakin dia berusaha untuk melupakan, perasaan itu justru semakin berputar-putar di kepalanya. Menbuatnya membuka kembali semua pertanyaan itu.Mengembalikan semua kenangan dan luka itu, luka yang pelan mulai tertutup kini kembali menganga.

Sakit bahkan sangat sakit, merasa semua kawan itu adalah pembohong besar. Mereka tahu apa tentang kehidupannya?? seenak'y menilai bahkan membuatnya terjatuh begitu dalam. Tapi dia sadar, tidak semua kesalahan ini akibat kawan-kawanya, melainkan karena dirinya yang tidak memiliki cukup topangan menentukan arahnya sendiri. Tanpa sadar, sebenarnya setiap pertanyaan itu telah terjawab sendiri di setiap langkahnya. Hanya saja dia begitu polos untuk menyadari setiap kejadian pada langkahnya...

Hingga akhirnya kesadaran itu benar-benar pulih tentang siapa dia sebenarnya. Hanya ada 2 pilihan baginya. Terus melangkah di jalan yang keliru karena sudah terlanjur atau berbalik badan menemukan jalan yang benar. Tetap di tempat bukan pilihan baginya, karena waktu tidak akan pernah mengerti. Kematian sia-sia yang diperolehnya jika dia memilih membatu saat diberi kesempatan untuk menyadari segalanya begitu keliru.

Ada sebuah kisah yang membuatnya sadar bahwa hidup ini ada tujuan. Setiap dari mereka harus memiliki tujuan. Maka kalian tidak akan ragu dengan langkah yang kalian ambil walaupun ada benteng yang begitu tinggi menghalangi. Sebab semua langkah akan memiliki konsekuensinya masing-masing. Itulah hidup, sebuah sebab akibat. Mungkin kau sebab tujuan hidup orang lain,  atau sebaliknya. Ada banyak sebab atau akibat yang banyak dari qt tak menyadarinya, misal mengapa hari ini harus panas? menapa malam ini harus turun hujan? mengapa aku harus berada di sini? mengapa bintang muncul pada malam hari dan matahari pada siang hari? mengapa qt disebut manusia? mengapa harus ada manusia disebut orang jahat atau orang baik padahal hakikinya mereka sama??

Dia mulai paham, mengapa dia harus terlebih dahulu melewati semua kekeliruan ini sebelum akhirnya menyadari setiap kekeliruan itu. Dia tak mungkin seperi sekarang tanpa pernah melewati semua itu. dia tidak harus berbalik menemukan jalan yang benar karena masa lalu adalah kenangan yang tak mungkin waktu akan memutarnya. Dia akan tetap melangkah ke depan tapi bukan untuk menambah kekeliruan itu. Tapi belajar tentang hidupnya hingga dia menemukan tujuan yang hakiki. Takkan ada lagi kebencian, semua terlihat sama di matanya. yang bersisa hanya puing-puing pondasi diri yang mulai dibangunnya kembali sendiri. BUKAN!!! bukan karena individualis, tapi dia perlu belajar untuk mengembalikan kepercayaannya sendiri sebelum percaya pada orang lain....

Maaf untuk kalian yang telah tersakiti selama ini??? dan terima kasih untuk kalian yang pernah mewarnai kehidupanku???

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Plurk Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host